Profle Kwik Kian Gie

by -1235 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Kwik Kian Gie bukan sekadar ekonom senior—ia adalah saksi hidup berbagai dinamika ekonomi dan politik Indonesia sejak era Orde Baru hingga Reformasi.

Jejaknya menorehkan sumbangsih besar bagi dunia pendidikan, perekonomian, dan politik negeri ini, menjadikannya sosok panutan lintas generasi.

Kabar kepergian Kwik Kian Gie di usia 90 tahun menjadi duka mendalam bagi banyak kalangan, terutama para ekonom dan pegiat kebijakan publik.

Lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah pada 11 Januari 1935, Kwik bukan hanya tercatat sebagai ekonom senior, tetapi juga seorang politikus yang setia pada idealisme.

Ia tercatat pernah menduduki jabatan strategis sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri pada masa transisi pemerintahan 1999–2000, kemudian dipercaya sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Ketua Bappenas pada 2001–2004.

Dua periode krusial tersebut menandai perannya dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia pasca krisis 1998—warisan kiprah yang membuktikan keahliannya dalam merumuskan arah pembangunan nasional di tengah gejolak politik.

Langkah Panjang Menimba Ilmu

Pendidikan menjadi pondasi penting bagi Kwik Kian Gie. Jiwa pendidiknya muncul sejak muda.

Pada 1954, ia turut mendirikan SMA Erlangga di Surabaya dan bahkan bersekolah di sana hingga lulus setahun kemudian.

Semangatnya untuk terus belajar membawanya ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1955–1956. Namun, langkahnya tak terhenti di kampus UI.

Ia hijrah ke Belanda dan merampungkan studi di Nederlandsche Economische Hogeschool Rotterdam (sekarang Erasmus Universiteit Rotterdam) pada 1963.

Semasa di Rotterdam, selain belajar, ia juga berperan sebagai Asisten Atase Kebudayaan dan Penerangan di KBRI Den Haag sejak 1953 hingga 1964.

Posisi ini membuka jalannya untuk berkontribusi sebagai penghubung budaya dan informasi di Eropa, memperkenalkan Indonesia di mata dunia.

Selepas kembali ke Indonesia pada 1970, Kwik sempat ‘menganggur’ selama setahun. Namun, masa jeda ini tidak lantas membuatnya berdiam diri.

Bersama tokoh-tokoh ternama seperti Ferry Sonneville dan Dr. Indra Hattari, ia mendirikan PT Indonesian Financing & Investment Company.

Kreativitasnya tak berhenti di sana. Ia juga mendirikan perusahaan di berbagai sektor, antara lain PT Altron Panorama Electronic, PT Jasa Dharma Utama, PT Cengkih Zanzibar, hingga PT ABN AmroFinance.

Bidang usaha yang digelutinya mencerminkan kegigihan Kwik untuk memperluas kontribusi di sektor swasta, membuka lapangan kerja, dan menggerakkan roda perekonomian nasional.

Bisnis Modern di Indonesia

Selain dikenal sebagai ekonom ulung, Kwik adalah perintis pendidikan bisnis modern di Tanah Air.

Pada 1982, ia bersama Prof. Panglaykim mendirikan Institut Manajemen Prasetiya Mulya—sekolah MBA pertama di Indonesia yang menjadi tonggak pembelajaran manajemen berstandar internasional.

Lima tahun kemudian, pada 1987, ia mendirikan Institut Bisnis Indonesia (IBI) bersama Djoenaedi Joesoef dan Kaharuddin Ongko.

Kampus ini kini dikenal dengan nama Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie (Kwik Kian Gie School of Business)—warisan intelektual yang menyiapkan ribuan profesional di bidang ekonomi dan bisnis hingga hari ini.

Lembaga-lembaga tersebut menjadi simbol dedikasi Kwik dalam menyiapkan generasi baru ekonom yang berpikiran maju dan beretika.

Panggung Politik

Nama Kwik mulai melejit di arena politik sejak 1987 saat ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Keberaniannya bersuara lantang membuatnya dipercaya sebagai anggota Badan Pekerja MPR. Di era transformasi PDI menjadi PDI Perjuangan di bawah Megawati Soekarnoputri, Kwik dipercaya memegang jabatan strategis sebagai Ketua DPP sekaligus Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan partai.

Puncak karier politiknya datang ketika Presiden Abdurrahman Wahid mengangkatnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada 1999.

Masa itu bukanlah periode yang mudah—Kwik berada di garis depan memulihkan ekonomi Indonesia yang remuk akibat krisis moneter.

Selanjutnya, di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, ia dipercaya memimpin Bappenas untuk menyusun arah pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Setelah tidak lagi terjun ke dunia politik praktis, Kwik memilih menumpahkan energinya untuk memperkuat lembaga pendidikan yang telah ia rintis.

Kesetiaan pada dunia akademik membuktikan bahwa baginya, mencetak generasi penerus adalah bentuk pengabdian tertinggi.

Atas dedikasi dan integritasnya, pada 2005 Kwik Kian Gie dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana—sebuah pengakuan negara atas kiprah panjangnya.

Lewat pemikiran-pemikirannya yang kritis, karya tulisnya, dan ribuan muridnya, nama Kwik tetap hidup di setiap langkah kemajuan ekonomi Indonesia.

Dalam setiap kebijakan yang pernah ia rancang, dan dalam setiap institusi yang ia lahirkan, jejaknya akan terus hidup, mendidik, dan menginspirasi generasi mendatang. (ns)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.