Jaminan Ekonomi Dinilai Kunci Atasi Fenomena Childfree di Indonesia

by -1026 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyoroti pentingnya jaminan ekonomi sebagai solusi untuk menghadapi tren pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak atau childfree, yang belakangan mulai menunjukkan peningkatan.

Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan Kemendukbangga, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, menyatakan bahwa meskipun angka childfree di Indonesia masih berada di kisaran 0,01 persen, isu ini tetap harus menjadi perhatian.

Menurutnya, jika tidak diantisipasi, lonjakan pasangan tanpa anak bisa berdampak langsung pada pertumbuhan penduduk nasional.

“Kalau masalahnya dari sisi kesehatan, maka kita perlu memperkuat kebijakan terkait kesehatan reproduksi. Tapi kalau penyebab utamanya ekonomi, kita harus pastikan adanya jaminan ekonomi yang cukup, agar masyarakat punya keberanian dan kesiapan untuk membangun keluarga dengan anak,” tegas Bonivasius dalam pernyataannya di Jakarta.

Ia menambahkan bahwa pemerintah perlu aktif mengendalikan tren ini agar tidak berkembang menjadi kebiasaan sosial yang meluas.

Semakin besar angkanya, semakin besar pula tantangan demografis yang akan dihadapi bangsa.

Dalam upaya menggali lebih dalam penyebab meningkatnya pilihan childfree, Kemendukbangga menemukan bahwa selain faktor ekonomi dan kesehatan, trauma psikologis juga memegang peranan penting.

“Ada yang memutuskan childfree karena trauma masa kecil atau pengalaman kekerasan dalam rumah tangga, sehingga muncul ketakutan untuk punya anak,” jelas Bonivasius.

Untuk mengatasi berbagai faktor tersebut, pemerintah telah meluncurkan Peta Jalan Pembangunan Kependudukan, yang mencakup indikator perlindungan anak serta upaya peningkatan partisipasi kerja perempuan.

Ini menjadi bagian penting dalam strategi jangka panjang mengatasi fenomena childfree.

Salah satu program unggulan Kemendukbangga, yaitu Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), menjadi solusi nyata untuk perempuan pekerja.

Dengan menyediakan tempat penitipan anak yang aman dan gratis di lingkungan kerja, program ini mendorong perempuan tetap produktif sekaligus merasa tenang meninggalkan anaknya saat bekerja.

Meski terlihat meningkat, Bonivasius menyebut tren childfree di kalangan muda sebagian besar dipengaruhi oleh media sosial dan belum tentu mencerminkan keputusan permanen.

“Ketika saya turun ke kampus dan bertanya, banyak yang bilang ingin menikah dan punya anak, hanya saja belum siap. Ini lebih tepat disebut penundaan, bukan penolakan,” katanya mengakhiri. (abet)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.