Jakarta, TERBITINDO.COM – Suasana akrab mewarnai pertemuan antara Ketua Umum GRIB JAYA, Hercules, dengan mantan Kepala BIN, Jenderal (Purn.) Sutiyoso.
Momen ini tak hanya mengakhiri kesalahpahaman yang sempat mencuat, tapi juga menjadi tonggak baru dalam membangun relasi yang lebih harmonis antar tokoh nasional dan organisasi masyarakat.
Di balik gestur kain adat Timor dan senyuman yang tulus, terpatri semangat rekonsiliasi, pembelajaran, dan tekad membangun wajah baru organisasi kemasyarakatan.
Menurut Marcel Gual, Kepala Bidang Media dan Publikasi DPP GRIB JAYA yang turut hadir, menjelaskan, pertemuan tersebut berangkat dari niat tulus memperbaiki komunikasi yang sempat terputus.
“Pertemuan kemarin itu adalah silaturahmi kekeluargaan sekaligus pelurusan atas kesalahpahaman yang sempat terjadi antara Pak Hercules dan Pak Sutiyoso,” ujar Marcel.
Dalam suasana yang cair, Jenderal Sutiyoso bahkan lebih dulu mengenang jasa-jasa Hercules dan Erico Guteres dalam operasi militer di Timor Timur, terutama saat peristiwa Seroja.
Ungkapan itu menjadi jembatan emosional yang mempererat kembali hubungan yang pernah renggang.
“Pak Sutiyoso menyampaikan bahwa hubungan beliau dengan Pak Hercules dan TBO adalah hubungan emosional. Itu disampaikan dengan tulus,” lanjut Marcel.
Sebagai simbol perdamaian dan penghormatan, Hercules menyerahkan kain adat Timor kepada Jenderal Sutiyoso.
Sebuah gestur yang diterima dengan penuh kearifan oleh sang jenderal, mempertegas nuansa kekeluargaan yang kental dalam pertemuan tersebut.
Tak hanya berisi pelurusan masalah pribadi, pertemuan juga diwarnai dialog penuh makna mengenai arah masa depan GRIB JAYA.
Dalam suasana santai, bahkan saat berkeliling kompleks rumah menggunakan gocart, Sutiyoso memberikan wejangan kebangsaan kepada para pengurus DPP GRIB JAYA.
Sutiyoso mengakui bahwa memimpin organisasi dengan jutaan anggota adalah tantangan besar, namun ia optimistis GRIB JAYA bisa menjadi teladan ormas yang taat hukum dan produktif secara sosial.
“Pak Sutiyoso memberikan banyak masukan, disampaikan secara informal ketika menjamu kami,” ujar Marcel, yang juga dikenal sebagai pendiri Politeia Institute Indonesia (PII).
GRIB JAYA Siap Berubah
Marcel menyatakan bahwa momen ini menjadi refleksi besar bagi GRIB JAYA untuk memperbaiki persepsi publik dan menunjukkan wajah ormas yang lebih konstruktif.
Ia menekankan bahwa pihaknya terbuka terhadap kritik serta masukan dari berbagai pihak, termasuk tokoh-tokoh nasional.
“Kami terbuka terhadap semua kritik dan saran. Sudah terlalu lama citra ormas dibiarkan memburuk oleh ulah oknum. Kami ingin mengubah itu,” tegasnya.
Komitmen terhadap supremasi hukum ditegaskan kembali. Setiap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anggota akan ditindak tegas, tanpa pandang bulu.
“Perbuatan individu tidak bisa serta merta dijadikan kesimpulan sebagai perintah organisasi. Penegakan hukum tetap harus berjalan,” ujar Marcel.
GRIB JAYA, kata Marcel, siap menjadi mitra strategis dalam menjaga stabilitas sosial nasional. Ia menyebut pentingnya sinergi antara ormas, pemerintah, dan aparat keamanan sebagai kunci mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan harmonis.
“Kami berkomitmen untuk menjadi ormas yang kontributif, patuh hukum, menjunjung adat istiadat lokal, dan menjalin sinergi dengan Pemerintah serta TNI/Polri,” tutup Marcel. (Ns)