Kreasi Ramah Lingkungan, Pelatihan Pemanfaatan Tongkol Jagung Menjadi Kotak Tisu

by -10 Views

NTT, TERBITINDO.COM – Permasalahan lingkungan yang bersumber dari peningkatan limbah organik dan anorganik hingga kini masih menjadi isu global yang mendapatkan perhatian serius.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan intensifikasi kegiatan pertanian, volume limbah yang dihasilkan pun terus meningkat.

Dalam konteks global, pertanian berkelanjutan telah menjadi agenda penting berbagai forum internasional.

FAO menyebutkan bahwa jagung merupakan komoditas pangan ketiga terpenting di dunia setelah gandum dan beras, dengan peran strategis dalam menopang ketahanan pangan global serta industri pakan ternak (Suhaimi et al., 2025).

Di balik perannya yang vital, produksi jagung juga menghasilkan limbah pertanian dalam jumlah besar.

Salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah tongkol jagung. Di banyak wilayah agraris, tongkol jagung umumnya dibuang, ditumpuk, atau bahkan dibakar setelah proses panen.

Praktik tersebut tidak hanya mencerminkan pemborosan sumber daya alam, tetapi juga berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan, baik terhadap tanah maupun udara.

Padahal, tongkol jagung memiliki karakteristik fisik yang kuat, berserat, dan bertekstur unik, sehingga sangat potensial untuk diolah menjadi produk kerajinan bernilai guna dan bernilai estetika.

Pemanfaatan ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular dan pembangunan berkelanjutan.

Indonesia sebagai negara agraris menghasilkan limbah pertanian dalam jumlah yang sangat besar, termasuk limbah tongkol jagung.

Data Kementerian Pertanian Republik Indonesia menunjukkan bahwa usaha tani jagung menghasilkan limbah tongkol jagung sebesar 20,87%, serta limbah batang, daun, dan sekam sebesar 19,13%.

Dengan rata-rata kebutuhan produksi jagung mencapai 12.193.101 ton per tahun, limbah tongkol jagung yang dihasilkan diperkirakan mencapai 8.128.734 ton per tahun (Aprilya et al., 2024).

Namun demikian, sebagian besar limbah tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Maulana et al. (2024), tongkol jagung masih kerap dipandang sebagai sampah yang tidak memiliki nilai guna, sehingga dibuang begitu saja oleh masyarakat pedesaan.

Praktik pembakaran limbah tongkol jagung juga masih sering dilakukan oleh petani (Romiyanto, 2024).

Fenomena serupa juga ditemukan di wilayah Manggarai, khususnya di Kampung Redong, Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.

Wilayah ini memiliki ketersediaan bahan baku tongkol jagung yang melimpah, namun belum diiringi dengan pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas masyarakat dalam mengolahnya menjadi produk bernilai ekonomis.

Keterbatasan akses terhadap pelatihan, minimnya inovasi produk ramah lingkungan, serta rendahnya kesadaran akan potensi limbah pertanian sebagai sumber usaha kreatif menyebabkan tongkol jagung hanya dipandang sebagai limbah tidak berguna, bukan sebagai peluang peningkatan pendapatan dan pelestarian lingkungan.

Padahal, berbagai kajian menyebutkan bahwa tongkol jagung memiliki potensi besar sebagai bahan baku kerajinan.

Sifatnya yang keras, stabil, dan mudah dibentuk menjadikannya cocok untuk diolah menjadi berbagai produk fungsional.

Anaqi & Washinton (2025) menegaskan bahwa tongkol jagung bukan sekadar limbah pertanian yang tidak bernilai, melainkan memiliki beragam manfaat yang dapat menghasilkan produk bernilai jual apabila dikelola dengan baik dan kreatif.

Sayangnya, pemanfaatan tongkol jagung sebagai bahan kerajinan masih relatif jarang dilakukan oleh masyarakat, baik karena keterbatasan pengetahuan maupun minimnya contoh konkret yang dapat dijadikan inspirasi.

Berdasarkan kondisi tersebut, kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk keterlibatan langsung penulis bersama masyarakat dalam memanfaatkan limbah tongkol jagung menjadi kotak tisu yang estetik dan ramah lingkungan.

Kegiatan ini tidak hanya bertujuan menghasilkan produk kerajinan, tetapi juga menjadi sarana edukasi dan pemberdayaan masyarakat agar mampu memandang limbah pertanian sebagai sumber daya yang bernilai guna dan bernilai ekonomi.

Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk menjelaskan secara runtut proses pemanfaatan tongkol jagung menjadi kotak tisu sekaligus menggambarkan peran aktif penulis dan masyarakat dalam pengolahan limbah organik berbasis komunitas.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) berupa pelatihan pemanfaatan limbah tongkol jagung menjadi kotak tisu ramah lingkungan yang estetik ini dilaksanakan oleh Mahasiswa PGSD UNIKA St. Paulus Ruteng.

Kegiatan bertempat di Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, dengan sasaran utama masyarakat Kampung Redong, khususnya warga RT 013 RW 005. Jumlah peserta yang terlibat secara aktif dalam kegiatan ini sebanyak 10 orang.

Sebelum kegiatan dilaksanakan, penulis melakukan diskusi awal untuk menentukan lokasi sasaran, mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, serta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pengolahan limbah tongkol jagung.

Kegiatan berlangsung dalam rentang waktu 7 November hingga 4 Desember, dengan materi inti berupa sosialisasi dan praktik langsung pemanfaatan tongkol jagung menjadi produk kerajinan. Materi disampaikan secara bertahap oleh anggota kelompok kepada masyarakat Kampung Redong.

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan memberikan dampak nyata bagi mitra.

Metode yang digunakan meliputi observasi langsung dan wawancara. Selama pelaksanaan kegiatan, ditemukan kendala utama berupa proses pengeringan tongkol jagung yang tidak berjalan optimal akibat kondisi cuaca yang kurang mendukung, sehingga membutuhkan waktu lebih lama.

Meskipun demikian, pada tahap evaluasi pasca kegiatan, produk yang dihasilkan telah sesuai dengan tujuan awal, yaitu berupa kotak tisu yang estetik dan ramah lingkungan.

Hasil dan Pembahasan

Transformasi Limbah Tongkol Jagung sebagai Solusi Lingkungan Berbasis Masyarakat

Kegiatan pelatihan ini menunjukkan bahwa limbah pertanian yang selama ini dianggap tidak bernilai dapat ditransformasikan menjadi solusi lingkungan yang bermanfaat.

Tongkol jagung yang sebelumnya dibuang atau dibakar kini diolah menjadi produk fungsional dengan nilai estetika dan nilai ekonomis.

Transformasi ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan volume limbah organik, tetapi juga mendorong perubahan cara pandang masyarakat terhadap limbah pertanian sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Pendekatan berbasis masyarakat menjadi kekuatan utama kegiatan ini. Masyarakat dilibatkan secara langsung dalam seluruh tahapan kegiatan, mulai dari pengumpulan bahan baku hingga proses finishing produk. Keterlibatan ini menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama, sehingga pemanfaatan limbah tidak berhenti pada satu kali pelatihan, melainkan berpotensi berlanjut sebagai aktivitas produktif masyarakat.

Membangun Kesadaran Masyarakat terhadap Pemanfaatan Limbah Pertanian

Tahap awal kegiatan diawali dengan diskusi dan sosialisasi mengenai tujuan kegiatan serta potensi tongkol jagung sebagai bahan kerajinan ramah lingkungan.

Pada tahap ini, penulis menggali pengetahuan awal masyarakat dan menemukan bahwa sebagian besar warga belum memahami bahwa tongkol jagung dapat diolah menjadi produk bernilai guna. Selama ini, tongkol jagung hanya dipandang sebagai sisa panen yang tidak memiliki nilai ekonomis.

Melalui edukasi awal, masyarakat diberikan pemahaman mengenai dampak lingkungan dari pengelolaan limbah yang kurang tepat, sekaligus peluang ekonomi yang dapat dikembangkan melalui pengolahan limbah pertanian.

Tahap ini menjadi fondasi penting karena membangun kesadaran dan kesiapan masyarakat sebelum memasuki tahap praktik pembuatan kerajinan.

Tongkol Jagung sebagai Bahan Kerajinan

Tongkol jagung merupakan bagian dalam buah jagung yang biasanya dibuang setelah bijinya dipipil. Limbah ini mengandung senyawa selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang menjadikannya cukup kuat dan stabil (Anaqi & Washinton, 2025).

Cipandi (2018) menyebutkan bahwa tongkol jagung memiliki struktur khas dengan tekstur keras, serat padat, dan pola alami yang unik, sehingga membutuhkan teknik khusus dalam pengolahannya.

Karakteristik inilah yang membuat tongkol jagung berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dekoratif.

Peran Penulis dan Masyarakat

Dalam kegiatan ini, penulis berperan aktif dalam mengumpulkan bahan baku bersama masyarakat, membersihkan dan mempersiapkan tongkol jagung, melakukan pemotongan, perakitan, serta finishing produk, sekaligus memberikan contoh dan pendampingan kepada masyarakat.

Masyarakat turut berperan dalam proses produksi, diskusi desain, dan evaluasi hasil kerajinan, sehingga tercipta kolaborasi yang harmonis.

Proses Teknis Pengolahan Tongkol Jagung Menjadi Kotak Tisu

Tahapan pembuatan dimulai dari pengumpulan bahan baku tongkol jagung yang dipilih berdasarkan kondisi fisik yang keras, bersih, dan tidak berjamur.

Tongkol kemudian dibersihkan dari sisa rambut jagung dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering, tongkol dipotong berbentuk lingkaran kecil, lalu disusun dan ditempel satu per satu pada kerangka kotak berbahan karton keras.

Resin dituangkan untuk memperkuat struktur, dan tahap akhir dilakukan dengan pengamplasan hingga produk terlihat rapi dan estetik.

Nilai Estetika, Fungsi, dan Ekonomis Produk

Produk akhir berupa kotak tisu berbahan dasar tongkol jagung menunjukkan perpaduan antara fungsi dan estetika. Tekstur alami tongkol jagung memberikan kesan sederhana namun artistik, sekaligus ramah lingkungan.

Produk ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah tisu, tetapi juga sebagai elemen dekoratif yang memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan produk berbahan sintetis. Potensi nilai jualnya membuka peluang usaha kreatif berbasis limbah pertanian bagi masyarakat.

Kesimpulan

Pemanfaatan tongkol jagung menjadi kotak tisu ramah lingkungan merupakan inovasi kreatif yang lahir dari keterlibatan langsung penulis dan masyarakat dalam mengolah limbah organik.

Melalui proses pengolahan yang relatif sederhana, tongkol jagung dapat disulap menjadi produk yang estetis, fungsional, dan bernilai ekonomis.

Kegiatan ini tidak hanya menghasilkan produk bermanfaat, tetapi juga meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan limbah serta membuka peluang pengembangan usaha kreatif berbasis sumber daya lokal secara berkelanjutan.

Ucapan Terima Kasih

Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Kampung Redong, Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, yang telah memberikan kesempatan dan berkontribusi aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan hingga selesai.

Tim Penyusun

Marta Teli Mingi, Maria Fenansia Anu, Theresia Teklaniagres Murni, Modestiana Jenau, Gaudenfus Fridolin Jamur, Maria Triana, Margareta Sutriani.

a

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.