Tradisi Iman yang Hidup: Ribuan Umat Katedral Atambua Ikuti Prosesi Tri Harta Iman ke-37

by -336 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM– Ribuan umat Katolik dari Paroki Katedral Santa Maria Immaculata Atambua, Keuskupan Atambua, berpartisipasi dalam Prosesi Tri Harta Iman ke-37 pada 7 Oktober 2025.

Tradisi religius ini telah menjadi ciri khas umat Katedral Atambua dan diharapkan terus dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan iman yang menumbuhkan semangat kebersamaan dan devosi umat.

Dalam prosesi tersebut, para peziarah mengarak tiga simbol utama iman Katolik, yakni Kitab Suci, Sakramen Mahakudus, dan Patung Bunda Maria sambil mendaraskan doa pribadi, memanjatkan permohonan bagi kedamaian dan kerukunan bangsa, serta menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Bunda Maria.

Perjalanan rohani ini melintasi empat stasi, masing-masing membawa tema pembaruan relasi manusia dengan Allah dan sesama.

Stasi I di Lingkungan Mater Dolorosa Asrama Polisi mengangkat tema “Allah, Sumber Pembaruan Relasi dengan Diri Sendiri.” Sementara Stasi II berlangsung di Lingkungan Asrama Tentara bertema “Allah, Sumber Pembaruan Relasi dengan Sesama.”

Stasi III di Lingkungan Ratu Rosari Tenukiik membawa tema “Allah, Sumber Pembaruan Relasi dalam Keluarga.”
Terakhir, Stasi IV di Lingkungan Santa Elisabet Tenukiik Barat menutup dengan tema “Pembaruan Relasi dengan Allah Sendiri.”

Setiap stasi dipimpin dalam ibadat oleh para pastor yang telah ditunjuk panitia, menghadirkan suasana hening dan penuh refleksi bagi para peserta ziarah.

Dalam homilinya di Stasi IV, Pastor Paroki Katedral, RD. Agustinus Seran Berek, menegaskan bahwa ziarah adalah perjalanan iman yang mencerminkan pengorbanan salib Kristus.

“Manusia, ciptaan Allah, sering kali memainkan sandiwara dosa dan mengekspresikan kesalahannya kepada Tuhan Yesus. Kita sering menjauh dari-Nya, seolah memahkotai-Nya dengan duri dan memakukan-Nya kembali di salib. Namun Yesus tetap mengasihi, mengampuni, dan mendoakan kita,” ujar Romo Agus dengan penuh refleksi.

Ia mengajak seluruh umat untuk bertobat, memperbarui iman, dan percaya bahwa Kristus sungguh Putra Allah yang hidup.

Sementara itu, RD. Kristianus Fallo, pastor pembantu Paroki Katedral, menjelaskan makna teologis dari prosesi ini.

“Prosesi tiga harta iman Katolik merupakan simbol kehadiran Tuhan yang tidak terpisahkan. Ini menjadi sarana bagi umat untuk semakin mencintai dan menghayati imannya,” ungkapnya.

Romo Kris menambahkan, prosesi ini tidak boleh dipandang sekadar rutinitas tahunan, melainkan kesempatan untuk memperdalam iman — terutama bagi kaum muda Katolik.

“Saya mengajak umat dan orang muda Katolik untuk menimba kekuatan dari Sabda Allah dan meneladani Bunda Maria, agar iman kita semakin hidup dalam keluarga dan lingkungan masing-masing,” pesannya.

Bagi umat yang mengikuti prosesi, pengalaman rohani ini membawa kedamaian batin. Emirensiana Moi, salah satu peserta, mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti perarakan:

“Prosesi ini membuat hati saya tenang dan damai. Kami berdoa, membawa intensi pribadi, dan bernyanyi untuk Bunda Maria. Apalagi di bulan Rosario ini, kami semakin mengenal Bunda Maria karena melalui Maria kita menuju Yesus,” ujarnya penuh syukur.

Prosesi agung ini dihadiri oleh para pastor, frater, suster, anggota Polres Belu, panitia perayaan iman, Orang Muda Katolik, Pemuda Katolik, dan ribuan umat Allah lainnya.

Seluruh rangkaian berjalan dengan aman dan khidmat — dimulai dari dalam Gereja Katedral hingga kembali lagi ke altar utama — berkat pengamanan yang dilakukan oleh panitia, OMK, Pemuda Katolik, serta aparat kepolisian.

Tradisi Tri Harta Iman yang telah mengakar ini kembali menjadi momentum pembaruan iman dan devosi umat Atambua, meneguhkan keyakinan bahwa kasih Allah terus hidup dalam perjalanan Gereja dan umat-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.