Panas Bumi Flores: Di Balik Kontroversi, Gubernur NTT Bongkar “Pemain Misterius” dan Serukan Dialog Damai

by -981 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Di tengah riuh pro-kontra proyek panas bumi di Flores, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Melkiades Laka Lena, tampil lantang membongkar praktik “pemain di balik layar” yang dituding memecah belah masyarakat.

Ia mendesak semua pihak kembali ke meja dialog, demi menjaga harmoni dan masa depan energi bersih di bumi Flobamora.

Proyek pengembangan energi panas bumi di Flores, Nusa Tenggara Timur, kembali menjadi sorotan publik.

Dua titik pengembangan — Mataloko dan Poco Leok — kini berdiri di persimpangan: di satu sisi menjanjikan energi terbarukan, di sisi lain memicu resistensi sebagian warga.

Di tengah pusaran protes dan dukungan yang saling bersahut, Gubernur NTT Melkiades Laka Lena angkat bicara, menegaskan perlunya ruang dialog yang jujur, terbuka, dan bebas dari kepentingan tersembunyi.

Pernyataan tegas ini disampaikan Melki dalam forum “Re+Industrialisasi dan Ketahanan Energi Menuju Indonesia Emas” yang digelar Forum Dialog Nusantara (FDN) di Perpustakaan Habibie & Ainun, Jakarta Selatan, Jumat, 18 Juli 2025.

Di hadapan para peserta, Melki menumpahkan kegelisahannya melihat isu strategis ini justru dijadikan alat adu domba di tengah masyarakat.

Dengan nada geram, Melki menyoroti betapa mudahnya kabar miring beredar, mulai dari tudingan penerimaan uang dari pihak pengembang, hingga narasi-narasi yang membuat warga terbelah.

“Paling gampang dicek sebenarnya, susah amat? Rakyat diadu domba, pemainnya sembunyi di belakang layar. Kan ini enggak fair,” tegasnya.

Menurutnya, persoalan energi terbarukan ini sangat krusial bagi NTT, yang telah dicanangkan sebagai provinsi energi hijau.

Dengan potensi panas bumi melimpah, Flores dan wilayah sekitarnya diharapkan bisa menjadi pilar penting transisi energi nasional.

NTT di Jalur Energi Terbarukan

Melki menekankan, transformasi menuju kemandirian energi tidak semudah membalik telapak tangan.

“Sekarang kami di NTT tidak hanya menumbuhkan energi, tapi juga membangun kemandirian energi, sesuai desain pusat,” katanya di forum tersebut.

Namun, ia pun menyadari, di setiap pembangunan besar, selalu ada pihak yang diuntungkan maupun yang merasa dirugikan.

Ketegangan inilah yang baginya harus diredam dengan cara paling mendasar: dialog yang inklusif.

Lebih lanjut, Melki memaparkan betapa pentingnya semua pihak — pendukung, penolak, maupun yang masih ragu — benar-benar memahami fakta di lapangan.

Ia mengkritik keras narasi debat kusir di media sosial tanpa disertai langkah nyata untuk mendengar suara rakyat secara langsung.

“Yang saya takut, yang dukung, yang kontra, yang netral, itu mungkin belum pernah turun ke lokasi,” ujarnya.

Karena itu, ia menyerukan agar masyarakat diajak berdiskusi terbuka di titik proyek, supaya setiap keputusan lahir dari pemahaman, bukan sekadar rumor.

Bagi Melki, hanya dengan dialog jujur, masyarakat Flores bisa sepakat: apakah proyek layak dilanjutkan, diperbaiki, atau bahkan dihentikan. Yang terpenting, harmoni sosial tetap terjaga.

Sebagai contoh sukses, Melki menyinggung proyek panas bumi Ulumbu yang telah beroperasi selama 13 tahun.

Menurutnya, Ulumbu membuktikan bahwa pengelolaan panas bumi bisa berjalan tanpa merusak lingkungan atau merugikan warga sekitar.

“Kalau dia kurang bagus, kita perbaiki. Kalau memang tidak bisa diharapkan lagi, ya tutup. Kita fair saja,” tegasnya.

Bahkan, kata Melki, beberapa warga di sekitar Ulumbu justru mendesak PLN membuka proyek serupa di lokasi mereka.

Hal ini memperlihatkan bahwa penerimaan masyarakat bisa tumbuh jika manfaat benar-benar dirasakan.

Retaknya Kebersamaan

Di balik hiruk-pikuk polemik, Gubernur Melki menyoroti kerugian terbesar yang jarang disadari: tercerainya kebersamaan dan hancurnya tatanan sosial.

“Kemarin dan hari ini semua orang sibuk bicara pro kontra geotermal, padahal yang luka itu kebersamaan, persaudaraan, keluarga — itu yang hancur sekarang di Flores,” keluhnya.

Ia berharap masyarakat Flores, baik yang mendukung maupun yang menolak, sama-sama kembali merajut harmoni melalui forum dialog.

“Jangan sampai yang tolak pun belum tahu apa itu panas bumi,” pesannya.

Menjelang akhir pernyataannya, Melki kembali menegaskan kecurigaannya pada aktor-aktor yang membonceng isu panas bumi untuk kepentingan pribadi.

Ia mengingatkan agar tidak ada lagi pihak yang memecah belah masyarakat demi keuntungan sesaat.

“Kalau Poco Leok tidak memungkinkan, bisa pindah ke tempat lain yang memang masyarakatnya siap,” tandasnya, memastikan bahwa pembangunan energi di NTT tidak boleh menjadi alasan merusak persatuan.

Baginya, polemik ini harus segera diurai lewat komunikasi yang sehat, transparan, dan jujur — agar panas bumi benar-benar menjadi berkah, bukan sumber perpecahan. (ns)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.