Airlangga Hartarto Pastikan Penundaan Tarif Impor AS: Membuka Peluang Baru untuk Perdagangan Indonesia

by -433 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Kabar baik datang bagi pelaku ekspor nasional. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa rencana penerapan tarif resiprokal sebesar 32 persen oleh Amerika Serikat untuk produk asal Indonesia tidak akan segera diberlakukan.

Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump sempat mengumumkan kebijakan tersebut dan menargetkan penerapannya pada 1 Agustus 2025.

Namun, lewat langkah diplomasi intensif, Airlangga berhasil memastikan penundaan kebijakan itu.

“Waktunya kita sebut pause. Artinya ada jeda penerapan untuk merampungkan perundingan yang sudah berjalan,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Brussel, Belgia, Sabtu (12/7) waktu setempat.

Penundaan ini bukan hasil instan. Kesepakatan tercapai setelah serangkaian pertemuan penting Airlangga dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, serta Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR), Jamieson Greer.

Diskusi intensif ini berlangsung di Washington D.C., Rabu (9/7) lalu. Kedua pihak berkomitmen memberi waktu tiga minggu untuk merampungkan negosiasi lanjutan, terutama terkait penyesuaian teknis dari proposal yang telah dibahas sebelumnya.

“Dalam tiga minggu ke depan diharapkan ada finalisasi dan penyesuaian proposal agar semua poin sinkron,” jelas Airlangga.

Sebelum melanjutkan negosiasi di Amerika Serikat, Airlangga lebih dulu mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rio de Janeiro, Brasil.

Usai KTT, ia langsung terbang ke Washington D.C. untuk melanjutkan upaya diplomasi.

Menurut Airlangga, momentum ini sangat strategis untuk mempererat hubungan perdagangan Indonesia-AS di tengah gejolak geopolitik dan tren proteksionisme global.

“Pertemuan ini langkah penting untuk memperkuat kerja sama dagang Indonesia dan Amerika Serikat,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (10/7).

Isu yang dibahas tidak hanya soal tarif impor. Hambatan non-tarif, pengembangan ekonomi digital, perlindungan keamanan ekonomi, hingga peluang investasi turut masuk agenda pembicaraan.

Airlangga menegaskan bahwa Amerika Serikat tertarik memperkuat kemitraan di sektor mineral kritis Indonesia seperti nikel, tembaga, dan kobalt. Ketiga komoditas ini menjadi andalan Indonesia dalam mendorong hilirisasi industri nasional.

“Amerika Serikat menunjukkan minat besar untuk bermitra di bidang mineral kritis. Dengan cadangan besar nikel, tembaga, dan kobalt, kita harus maksimalkan potensi kerja sama pengolahan mineral ini,” tutur Airlangga.

Penundaan tarif memberi ruang bagi Indonesia untuk mengamankan kepentingan dagang sekaligus memperluas pasar ekspor di tengah kompetisi global.

Tiga minggu ke depan menjadi periode krusial untuk membuktikan kemampuan diplomasi ekonomi Indonesia.

Bila kesepakatan tercapai, kerja sama komprehensif dengan Amerika Serikat diproyeksikan mendatangkan manfaat lebih luas, mulai dari peningkatan perdagangan, investasi, hingga transfer teknologi ke Indonesia.

Masyarakat kini menanti hasil akhir negosiasi yang diharapkan bisa memperkokoh posisi Indonesia di mata mitra dagang strategisnya. (ns)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.