Tinja Bisa Jadi Petunjuk Awal Kanker Pankreas, Kata Ilmuwan

by -1136 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Siapa sangka, kotoran manusia yang sering diabaikan ternyata bisa menjadi kunci mendeteksi salah satu kanker paling mematikan: kanker pankreas.

Menurut laporan Science Alert, riset terbaru mengungkap bahwa kanker pankreas – terutama tipe paling umum, pancreatic ductal adenocarcinoma (PDAC) – berkembang di saluran pankreas yang terhubung langsung ke usus kecil.

Karena koneksi ini, tinja bisa membawa jejak biologis penting dari organ dalam tubuh, termasuk tanda-tanda awal kanker.

Selama ini, kanker pankreas sering kali baru ditemukan saat pasien sudah mengalami kelelahan ekstrem, gangguan metabolisme, atau nyeri tanpa sebab yang jelas. Sayangnya, gejala-gejala tersebut kerap disalahartikan sebagai kondisi ringan atau penyakit lain, membuat diagnosis terlambat.

Kini, melalui analisis sampel feses, para ilmuwan mampu mengurai DNA bakteri usus dengan teknologi sekuensing gen 16S rRNA. Teknologi ini memungkinkan deteksi spesies dan jumlah bakteri secara detail – dan ternyata, profil bakteri ini sangat berbeda antara orang sehat dan penderita kanker pankreas.

Sebuah studi internasional yang dirilis tahun 2025, melibatkan ilmuwan dari Finlandia dan Iran, menemukan bahwa pasien PDAC memiliki keragaman mikroba usus yang jauh lebih rendah dibandingkan individu sehat.

Uniknya, pola mikrobioma ini bisa menjadi semacam “sidik jari biologis” yang akurat dalam membedakan siapa yang mengidap kanker. Para peneliti pun berhasil melatih kecerdasan buatan (AI) untuk mengenali profil mikrobioma khas penderita kanker pankreas – dan hasilnya mencengangkan karena sangat presisi.

Ilmu tentang mikrobioma usus berkembang sangat cepat. Metode baru seperti shotgun metagenomic sequencing mampu memetakan genom seluruh mikroba secara lengkap – bahkan mengungkap bagaimana bakteri bisa berpindah antarindividu.

Pendekatan ini mulai mengubah cara pandang dunia medis. Tubuh manusia kini dilihat sebagai bagian dari ekosistem kompleks yang hidup berdampingan dengan mikroorganisme, melahirkan paradigma baru: manusia bersama mikrobioma (human plus microbiome).

Tak hanya kanker pankreas, metode ini juga mulai diterapkan untuk meneliti kanker kolorektal dan penyakit lainnya. Di Quadram Institute, lebih dari seribu sampel tinja telah dianalisis untuk melihat hubungan antara bakteri usus dan perkembangan kanker usus besar.

Hubungan antara bakteri dan kanker ternyata sangat kompleks. Tidak hanya kanker yang mempengaruhi mikrobioma, tapi komposisi mikroba juga dapat mempercepat atau memperlambat perkembangan penyakit. Hal serupa juga ditemukan pada penderita Parkinson.

Meski teknologi ini belum sepenuhnya digunakan di klinik, para ilmuwan optimistis: di masa depan, mikrobioma bisa menjadi alat deteksi dini kanker paling ampuh. Dengan bantuan AI dan bioteknologi, kita mungkin bisa mendeteksi kanker hanya lewat apa yang kita buang setiap hari.

“Kadang jawaban dari pertanyaan medis besar tersembunyi dalam hal yang paling sering kita abaikan – feses,” tulis peneliti dari Quadram Institute di The Conversation. (abet)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.