Pacu Jalur Mendunia: Saat Tradisi Riau Mencuri Panggung Global Lewat TikTok

by -959 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Setiap bulan Agustus, riuh sorak dan semangat bergema di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Festival Pacu Jalur, bagian dari agenda nasional Kharisma Event Nusantara (KEN), kembali mencuat—kali ini bukan hanya di tingkat lokal, melainkan mendunia.

Lewat video pendek yang viral di TikTok, tradisi mendayung perahu panjang ini menembus batas negara, berkat tren “Aura Farming” yang menyedot perhatian netizen global.

Tren Aura Farming, menurut situs Know Your Meme, mulai merebak sejak September 2024.

Istilah ini menggambarkan momen ketika seseorang tampil luar biasa karismatik, seolah-olah menjadi “tokoh utama”.

Dalam Pacu Jalur, tren ini menyorot bocah-bocah pendayung yang menampilkan gerakan tangan berputar dan mengayun unik untuk menjaga keseimbangan di atas perahu melaju.

Dengan latar lagu “Young Black & Rich” dari Melly Mike, gaya mereka memancarkan rasa percaya diri yang memesona—dan viral.

Video-video meme yang meniru gaya “cool” ala pendayung jalur pun merebak. Aura khas anak-anak Kuansing itu kini menjelma jadi simbol baru kebanggaan budaya Indonesia yang dikemas secara modern.

Viralnya Pacu Jalur lewat tren Aura Farming jadi bukti kekuatan generasi muda dalam mengemas kearifan lokal menjadi tontonan global.

Tak hanya menarik perhatian dunia, fenomena ini juga menyulut semangat masyarakat Indonesia untuk lebih menghargai dan melestarikan budaya daerah.

Puncaknya terjadi pada tahun 2022, ketika ilustrasi Pacu Jalur karya seniman Wastana Haikal dipilih Google sebagai Doodle Hari Kemerdekaan Indonesia, mengangkat simbol budaya Riau ke level dunia.

Makna Pacu Jalur

Secara etimologi, kata “pacu” berarti lomba, sedangkan “jalur” merujuk pada perahu atau sampan.

Tradisi ini dibuka dengan tiga letupan meriam karbit sebagai aba-aba, dilanjutkan perlombaan mendayung menyusuri derasnya Sungai Kuantan.

Setiap perahu diawaki oleh 50–60 orang, dengan peran khusus seperti tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (pengendali arah), tukang tari, dan tukang onjay.

Biaya pembuatan satu perahu panjang bisa mencapai Rp100 juta, hasil gotong royong masyarakat yang masih kuat mengakar.

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Haji Roni Rakhmat, menjelaskan bahwa awalnya jalur digunakan sebagai sarana transportasi penting di Sungai Batang Kuantan.

Perahu ini mengangkut hasil bumi seperti buah dan tebu, serta manusia hingga 60 orang per unitnya.

Dalam perkembangannya, perahu dihias ornamen kepala hewan lokal seperti ular, buaya, dan harimau.

Kini, Pacu Jalur telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional dan jadi agenda resmi KEN oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

“Pemerintah terus mendukung agar Pacu Jalur tetap lestari dan dikenal lebih luas, termasuk lewat promosi digital dan event tahunan,” ujar Haji Roni pada Rabu (2/7/2025).

Popularitas Pacu Jalur di TikTok menjadi kejutan sekaligus harapan baru. Haji Roni mengaku bangga karena budaya lokal mampu bersaing di panggung global.

“Ini momentum emas untuk menarik lebih banyak wisatawan ke Riau dan mengangkat kebanggaan masyarakat terhadap budayanya,” ujarnya.

Jejak Sejarah

Tradisi Pacu Jalur sudah eksis sejak masa kolonial Belanda, sekitar tahun 1890. Awalnya diselenggarakan untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus.

Setelah kemerdekaan, festival ini dialihkan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia serta hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Tahun Baru Hijriyah.

Lebih dari sekadar olahraga, Pacu Jalur adalah kolaborasi seni, ketangkasan, dan spiritualitas.

Setiap perahu dipercaya memiliki kekuatan batin dari dukun atau pawang jalur, dengan ritual yang dilakukan sejak pemilihan kayu hingga menjelang perlombaan.

Festival Pacu Jalur 2024 diadakan pada 21–25 Agustus dan melibatkan 225 tim jalur.

Acara dibuka di Lapangan Lumino, Taluk Kuantan, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Riau. Bantuan sebesar Rp575 juta digelontorkan sebagai hadiah lomba:

  • Juara 1: Rp70 juta
  • Juara 2: Rp60 juta
  • Juara 3: Rp50 juta
  • Juara 4: Rp40 juta
  • Juara 5: Rp30 juta
  • Juara 6: Rp20 juta
  • Juara 7–15: masing-masing Rp10 juta

Selain itu, kontribusi peserta jalur sebesar Rp1 juta per tim turut menambah total dana menjadi Rp215 juta. (enjo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.