Jakarta,TERBITINDO.COM – Refly Harun ikut buka suara terkait pernyataan Politisi Nasdem Irma Suryani Chaniago terkait hubungan Gubernur Anies Baswedan dengan Kelompok 212 dan segalah aksinya.
Irma dalam pernyataan membebrkan keterkaitan Anies Baswedan dengan kelompok 212. Anies Baswedan kata Irma, hanya dicomot dan diposisikan sebagai bagian dari kelompok 212.
Ia bahkan menegaskan, dirinya sangat mengenal Anies Baswedan. Baginya Gubernur DKI Jakarta itu merupakan sosok nasionalis.
Hanya saja, jelas Irma, Anies terpaksa mengambil politik identitas untuk menang pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Merespon hal tersebut Refly harun justru mempertanyakan pernyataan Politisi Nasdem tersebut.
Refly menduga, Anies Baswedan sudah masuk target sebagai kandidat calon presiden yang akan diusung Nasdem pada pemilu 2024 mendatang.
“Mengapa Politisi Nasdem mulai ngomong begitu? Karena Anies masuk radar menjadi calon presiden yang bakal diusung nantinya nantinya,” jelas Refly.
Padahal menurut Refly, Nasdem adalah partai politik pertama yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Pilkada 2017 silam.
Hanya saja, jelas Refly dukungan terhadap Ahok sudah dilakukan Nasdem sebelum mereka mengetahui lawan politiknya.
Lebih lanjut Refly menjelaskan pada awalnya Anies Baswedan diperkirakan kalah di antara kedua pasangan calon lainnya di Pilkada 2017.
Kecerdasan Anies kata Refly bisa memanfaatkan momentum politik kala itu.
“Anies awalnya diperkirakan kalah di putaran pertama dengan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) bahkan. Tapi tiba-tiba dia mendapatkan sebuah momentum dan momentum itulah yang bisa dia kapitalisasi sehingga dia bisa menjadi nomor dua dalam putaran pertama,” terangnya, seperti dikutip TERBITINDO.COM dari kanal YouTube Refly Harun , Senin, (18/4 2022).
Cotohnya terang Refly, ketika parta-partai yang semula mendukung AHY dan kemudian menyatakan dukungannya kepada Ahok pada putaran kedua justru tidak bekerja.
Refly menjelaskan, penggunaan politik identitas dilakukan semua pihak pada kontestasi politik, salah satunya dalam Pilkada.
“Politik identitas itu akhirnya rasionalitas saja,” tuturnya.
Partai Gerindra katanya, pernah beralih ke spektrum kanan ketika sudah mulai kehilangan basis pendukungnya akibat Presiden Joko Widodo (Jokowi) didukung oleh politik kiri, yakni partai-partai politik berbasis nasionalis, terutama PDIP.
“Itu pun bukan ceruk partai yang dia garap. Yang dia garap adalah ceruk orang yang tidak berpartai, maka dukungan itu dia dapat dari misalnya kelompok FPI, 212 GNPF Ulama, dan sebagainya walaupun akhirnya harus kecewa,” jelasnya.
Menurut Refly, kekecewaan tersebut menyebabkan kelompok kanan mencari patronase baru sehingga Anies baswedan dianggap sebagai calon mereka.
Karenanya, Refly Harun sepakat jika Anies Baswedan disebut sebagai bukan bagian dari kelompok 212.
“Tetapi, intinya dia memanfaatkan atau dimanfaatkan keakraban dengan kelompok-kelompok tersebut untuk mengkapitalisasi dukungan,” pungkasnya.
Tere Syukur