Fenomena Childfree: Pilihan Hidup yang Semakin Dilirik

by -473 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Keputusan untuk tidak memiliki anak atau dikenal dengan istilah childfree kini semakin banyak dipilih oleh sebagian perempuan Indonesia. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekitar 8 persen perempuan usia 15-49 tahun – setara hampir 71 ribu orang – menyatakan memilih jalur hidup ini.

Laporan yang dimuat dalam edisi 2023 berjudul “Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia” melalui platform DATAin itu memperlihatkan adanya tren yang perlahan tapi pasti berkembang. Fenomena ini kini bukan lagi sekadar topik perbincangan di media sosial, tapi telah menjadi bagian dari narasi kehidupan modern di Indonesia.

Apa Itu Childfree dan Mengapa Semakin Populer?

Childfree adalah keputusan sadar dari individu atau pasangan untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun melalui adopsi. Lebih dari sekadar sikap, istilah ini kini merepresentasikan gaya hidup yang sengaja dipilih secara sukarela.

Di negara-negara Barat, praktik childfree telah lama dikenal. Namun di Indonesia, popularitasnya mulai mencuat sekitar tahun 2020. Kemunculan para figur publik yang secara terbuka menyatakan diri childfree serta penyebaran narasi melalui media sosial turut memperkuat tren ini.

Fenomena childfree juga kerap dikaitkan dengan gerakan feminisme. Dalam konteks ini, keputusan untuk tidak memiliki anak dilihat sebagai bentuk kedaulatan perempuan atas tubuh dan hidupnya. Perempuan dianggap berhak menentukan apakah ingin menjalankan fungsi biologis reproduksi—menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui—atau tidak.

Laporan BPS juga menyoroti bahwa pilihan childfree membuka lebih banyak ruang bagi perempuan untuk mengeksplorasi peran sosial di luar peran tradisional, seperti meniti karier atau mengejar pendidikan tinggi.

Alasan-Alasan yang Melatarbelakangi Pilihan Childfree

Menjadi childfree bukan berarti tidak menyukai anak-anak. Keputusan ini biasanya dilandasi oleh pertimbangan serius dan alasan yang sangat personal. Berikut beberapa alasan umum yang mendorong seseorang atau pasangan untuk memilih jalur ini:

1. Pertimbangan Finansial

Tingginya biaya hidup menjadi faktor utama. Membesarkan anak membutuhkan perencanaan ekonomi yang matang, dari kebutuhan pokok hingga pendidikan. Banyak yang merasa bahwa memiliki anak justru dapat mengganggu kestabilan keuangan keluarga, terutama dalam kondisi ekonomi yang tak menentu.

2. Kesiapan Mental

Tak sedikit yang merasa belum atau tidak siap secara mental menjadi orang tua. Perasaan takut tidak mampu membesarkan anak dengan baik atau tekanan emosional yang dirasakan membuat sebagian orang memilih untuk tidak memiliki anak demi kesehatan mental mereka sendiri dan anak yang mungkin dilahirkan.

3. Trauma Masa Kecil

Masa kecil yang penuh tekanan, kekerasan verbal atau fisik, hingga pola asuh yang menyakitkan sering kali membekas hingga dewasa. Ketakutan akan mengulangi pola buruk yang pernah dialami menjadi alasan kuat bagi beberapa individu untuk menutup pintu pada peran sebagai orang tua.

4. Kondisi Kesehatan Fisik

Ada pula yang menghadapi tantangan dari sisi fisik. Masalah kesehatan kronis atau penyakit bawaan membuat mereka merasa tidak sanggup secara biologis maupun medis untuk mengandung dan merawat anak.

5. Alasan Personal dan Tujuan Hidup

Beberapa orang merasa lebih bahagia dan bebas tanpa anak. Mereka memilih untuk fokus pada pengembangan diri, mengejar karier, menikmati kebebasan pribadi, dan menjalani hidup tanpa tanggung jawab besar sebagai orang tua. Ketersediaan alat kontrasepsi yang semakin aman dan peluang pendidikan yang lebih luas juga memperkuat keputusan ini. (abet)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.