Jakarta, TERBITINDO.COM — Keputusan sebagian pasangan untuk menjalani hidup tanpa anak atau childfree kini menjadi perhatian serius pemerintah. Fenomena ini terus menunjukkan tren kenaikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami memantau secara saksama tren ini karena dapat berdampak jangka panjang terhadap dinamika demografi nasional,” ujar Woro Srihastuti Sulistyaningrum, Deputi di Kemenko PMK, dalam dialog Pro3 RRI, Jumat (4/7/2025). Ia menambahkan, jika tren ini terus berlanjut tanpa pengimbangan, Indonesia bisa menghadapi risiko penurunan populasi atau depopulasi.
Depopulasi bukan hanya tentang angka, lanjut Woro, tetapi juga berdampak pada struktur umur penduduk. “Jika kelompok usia tua mendominasi, maka akan muncul tantangan besar dalam menjaga kualitas dan produktivitas sumber daya manusia di masa depan,” jelasnya.
Meski demikian, pemerintah tak menutup mata terhadap alasan-alasan di balik keputusan menjadi childfree. Faktor ekonomi, tekanan hidup, trauma masa kecil, hingga kesiapan mental dan fisik menjadi pemicu umum di balik keputusan ini.
“Mayoritas pasangan yang memilih childfree tinggal di kota besar dan umumnya berpendidikan tinggi. Mereka menghadapi tekanan ekonomi yang tinggi serta kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga,” ungkapnya.
Woro juga menyoroti peran media sosial dalam menyebarkan tren ini. Banyak pasangan, katanya, terdorong mengikuti arus tanpa pertimbangan matang terkait kesiapan fisik, mental, maupun finansial.
“Kesiapan membangun keluarga seharusnya menjadi landasan utama, bukan sekadar ikut tren. Hal ini mencakup aspek menyeluruh, dari kesehatan, kestabilan emosional, hingga keuangan,” imbuhnya.
Untuk itu, pemerintah telah menyiapkan berbagai program pendukung. Mulai dari bimbingan pranikah, layanan konseling, hingga kebijakan cuti melahirkan yang berpihak kepada keluarga.
“Melalui Kementerian PAN RB, pemerintah juga mengembangkan sistem kerja fleksibel seperti Work From Anywhere untuk mendukung kesejahteraan keluarga,” tambah Woro.
Selain kebijakan teknis, kampanye untuk mendorong kesadaran pentingnya membangun keluarga yang sehat dan berkualitas juga terus digencarkan. “Berapa pun jumlah anaknya, yang penting mereka tumbuh optimal, terpenuhi hak-haknya, dan terlindungi,” tegasnya.
Berdasarkan data Susenas 2022, tercatat sekitar 71 ribu pasangan memilih tidak memiliki anak. Meski masih tergolong kecil secara persentase, tren ini menunjukkan peningkatan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. (abet)





