Nurmala Kartini Sjahrir: Dari Antropolog ke Dubes RI di Tokyo

by -709 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Nama Nurmala Kartini Sjahrir kembali mencuat ke permukaan publik. Tokoh akademisi, aktivis perempuan, dan diplomat ini disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang. Tak hanya dikenal sebagai adik dari tokoh senior Luhut Binsar Pandjaitan, kiprah Kartini dalam dunia akademik, diplomasi, dan aktivisme menunjukkan kapasitas luar biasa yang layak diperhitungkan.

Pencalonannya sebagai dubes tertuang dalam Surat Presiden Republik Indonesia Nomor R3, yang telah diterima oleh DPR RI per 1 Juli 2025. Surat tersebut mencantumkan 24 nama calon duta besar luar biasa dan berkuasa penuh (LBBP) untuk negara sahabat dan organisasi internasional, salah satunya adalah Nurmala Kartini Sjahrir yang diusulkan untuk bertugas di Tokyo, Jepang.

Menanggapi kabar ini, Wakil Ketua Komisi I DPR, Sukamta, membenarkan bahwa surat tersebut memang sudah berada di tangan pimpinan DPR dan Komisi I. Ia menyebut sebagian nama yang beredar di publik sesuai dengan isi surat, namun enggan memberikan pernyataan lebih jauh terkait nama Kartini Sjahrir. Sementara itu, pihak Luhut Binsar Pandjaitan melalui juru bicaranya, Jodi Mahardi, belum memberikan respons atas permintaan konfirmasi dari media.

Komisi I DPR RI telah menjadwalkan uji kelayakan dan kepatutan untuk para calon dubes pada Sabtu dan Minggu, 5–6 Juli 2025 di Gedung DPR, Jakarta. Proses ini ditargetkan selesai dalam pekan yang sama agar keputusan akhir dapat segera diambil. Jika Kartini lolos seleksi, ia akan mengemban misi penting untuk mempererat hubungan bilateral Indonesia–Jepang, khususnya dalam bidang ekonomi, investasi, dan kerja sama strategis kawasan Asia Timur.

Akademisi dari Toba

Lahir di Simargala Huta Namora, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, pada 1 Februari 1950, Nurmala Kartini Sjahrir dibesarkan dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dan kebangsaan. Ia adalah putri dari Bonar Pandjaitan dan Siti Frida Naiborhu (alias Farida Naiborhu), serta adik kandung Luhut Binsar Pandjaitan — tokoh nasional yang lekat dengan berbagai posisi penting di pemerintahan.

Dalam kehidupan pribadinya, Kartini menikah dengan mendiang Dr. Sjahrir — seorang ekonom berpengaruh dan politisi nasional. Dari pernikahan tersebut, lahir dua anak: Pandu Patria Sjahrir, Chief Investment Officer di Danantara, dan Gita Rusminda Sjahrir.

Pendidikan formalnya dimulai dari Universitas Indonesia, di mana ia meraih gelar sarjana Antropologi pada 1976. Semasa kuliah, Kartini aktif sebagai anggota dan bahkan sempat menjadi Ketua Mapala UI, menegaskan dedikasinya terhadap isu sosial dan lingkungan.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Boston University, Amerika Serikat, dan sukses menyelesaikan program master (1981) serta doktoral (1990) di bidang Antropologi. Pengalaman akademik ini menjadi fondasi kuat untuk karier panjangnya di bidang penelitian dan kebijakan publik.

Perjalanan karier Kartini Sjahrir dimulai dari dunia riset. Ia menjadi asisten peneliti di LIPI lewat Leknas dan juga mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI. Tak hanya itu, ia sempat memimpin Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI), menunjukkan kiprah aktifnya sebagai ilmuwan yang dihormati.

Namun dedikasinya tak berhenti di kampus. Kartini aktif di berbagai gerakan sosial. Ia memimpin Partai Perjuangan Indonesia Baru (PIB) sebagai Ketua Umum periode 2007–2011. Ia juga dikenal sebagai penggagas Suara Ibu Peduli (SIP) — gerakan perempuan yang bersuara lantang soal kelangkaan susu bayi di tengah krisis 1998. Tak berhenti di situ, ia mendirikan Yayasan Rumah Ibu yang fokus pada isu KDRT serta Yasalira, organisasi pelestarian lingkungan.

Pada 10 Agustus 2010, Kartini resmi dilantik sebagai Duta Besar RI untuk Argentina, merangkap Paraguay dan Uruguay. Dalam masa tugasnya yang berlangsung hingga 2014, ia berhasil memperkuat hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara tersebut. Pengakuan tertinggi pun datang dari pemerintah Argentina, yang menganugerahkan penghargaan Order de Mayo el Merito en el Grado Gran Cruz — penghormatan tertinggi yang belum pernah diterima Dubes RI sebelumnya.

Kembali ke Jalur Diplomasi

Selepas tugas diplomatiknya, Kartini Sjahrir masih aktif dalam pemerintahan. Ia dipercaya sebagai penasihat perubahan iklim di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (2015–2019), sebuah posisi strategis yang menandai kepeduliannya terhadap isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Kini, dengan latar belakang akademik yang mumpuni, rekam jejak diplomatik yang solid, serta dedikasi terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, Kartini kembali diusulkan menjadi duta besar — kali ini untuk Jepang. Jika terpilih, ia akan menjadi wajah baru diplomasi Indonesia di Tokyo, menghadapi tantangan global yang membutuhkan pendekatan lintas disiplin dan kolaborasi internasional yang erat. (ns)