Mengenal Frater: Peran dan Tahapan dalam Gereja Katolik

by -1083 Views
Para Novis baru berfoto bersama seusai menerima jubah pertobatan.

Jakarta, TERBITINDO.COM – Banyak umat Katolik mengenal istilah imam dan pastor, namun tidak sedikit yang belum memahami sepenuhnya siapa itu frater.

Padahal, frater memegang peran penting sebagai calon imam yang tengah menempuh proses panjang dan mendalam sebelum akhirnya ditahbiskan.

Istilah “frater” mungkin masih asing bagi sebagian umat Katolik, apalagi bagi masyarakat umum yang jarang bersentuhan langsung dengan kehidupan religius.

Dalam hirarki gereja Katolik, ada sejumlah sebutan untuk para pelayan gereja, seperti imam, pastor, suster, dan frater.

Namun, dari semua istilah itu, frater sering kali membingungkan. Apakah frater itu seorang pastor muda? Ataukah ia masih belajar?

Banyak pertanyaan bermunculan, dan kesalahpahaman pun kerap terjadi akibat minimnya pemahaman terhadap istilah ini.

Frater sejatinya bukanlah seorang imam atau pastor yang sudah ditahbiskan. Dalam tradisi Katolik, frater adalah calon imam yang sedang menjalani masa pembinaan di seminari tinggi.

Kata “frater” sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti “saudara”, mencerminkan semangat persaudaraan dalam kehidupan membiara.

Menurut penjelasan dari Romo Antonius Suryawan, seorang formator di Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta, “Frater adalah tahapan penting bagi seseorang yang sedang menanggapi panggilan imamat, tetapi belum menerima tahbisan suci.”

Untuk mencapai imamat, seseorang harus melewati proses panjang yang disebut formasi. Proses ini bukan hanya akademik, tapi juga rohani dan pastoral.

Umumnya, tahapan ini dimulai dari seminari menengah, terutama bagi mereka yang memulai dari jenjang SMA, lalu berlanjut ke seminari tinggi.

Di sinilah mereka resmi menyandang sebutan frater, mengikuti perkuliahan filsafat dan teologi, serta menjalani pembinaan rohani yang intensif.

Merujuk pada buku Menghidupi Teologi Berkah Bersama Mgr. Johannes Pujasumarta karya Yohanes Gunawan, Pr. (2018), tahapan ini tidak bisa dipercepat atau dilompati.

Frater harus menunjukkan kedewasaan, kematangan iman, dan kesiapan pastoral sebelum akhirnya menerima tahbisan diakon – langkah terakhir sebelum ditahbiskan sebagai imam.

Pembimbing dan uskup memiliki peran penting dalam menilai kesiapan ini.

Masa sebagai frater bukanlah sekadar waktu studi. Ini adalah waktu pemurnian panggilan, di mana seseorang benar-benar merenungkan apakah hidup selibat dan pelayanan penuh waktu di gereja adalah jalannya.

Selama masa ini, frater tinggal di komunitas, mengikuti ritme doa, studi, dan pelayanan pastoral di tengah umat.

“Ini bukan hanya soal belajar, tapi juga soal menemukan siapa diri kita di hadapan Tuhan dan umat,” ujar Frater Rony salah satu frater di Seminari Tinggi Ledalero, Flores, NTT.

Memahami siapa itu frater berarti juga memahami bahwa proses menjadi imam tidaklah instan. Dibutuhkan komitmen, doa, dan ketekunan yang tinggi.

Frater bukanlah sosok setengah jadi, melainkan pribadi yang tengah dibentuk secara total dalam terang panggilan ilahi.

Dengan mengenali peran frater dalam Gereja Katolik, kita diajak untuk lebih menghargai proses panjang yang mereka jalani.

Mereka adalah cerminan dari semangat pelayanan dan pengabdian, yang kelak akan menjadi gembala umat.

Sebab sebelum menjadi imam, setiap frater terlebih dahulu adalah saudara—bagi Allah, bagi gereja, dan bagi sesamanya. (ns)