Keuskupan Agung Semarang 85 Tahun: Ribuan Umat Padati Stadion Jatidiri

by -893 Views

Semarang, TERBITINDO.COM – Ribuan umat Katolik dari berbagai daerah memadati Stadion Jatidiri, Semarang, Minggu (29/6/2025), dalam perayaan akbar memperingati 85 tahun Keuskupan Agung Semarang.

Suasana penuh semangat dan haru terasa kental sejak pagi hari, ketika puluhan ribu orang berkumpul dalam sebuah momen iman bertajuk “Bersama Berziarah, Berbagi Berkah”.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, turut hadir dalam perayaan tersebut. Dalam sambutannya, ia menyebut bahwa tema perayaan kali ini bukan hanya indah secara estetika, namun sarat makna dan menggugah kesadaran bersama akan peran gereja dalam kehidupan bermasyarakat.

“Gereja bukan benteng. Gereja adalah bahtera yang mengarungi samudra, sebuah komunitas yang berjalan dinamis,” ujar Agustina di hadapan para umat yang memenuhi tribun stadion.

Kehadiran perwakilan dari berbagai paroki di wilayah Keuskupan Agung Semarang yang meliputi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi simbol kuatnya jejaring umat dalam satu kesatuan iman.

Bagi Agustina, perayaan ini mencerminkan akar iman yang telah tumbuh kuat dan kini terus berbuah dalam kebersamaan dan pelayanan.

Lebih lanjut, Agustina menyampaikan bahwa tema perayaan ini menjadi peneguhan spiritual dalam menjalankan tugasnya sebagai Wali Kota Semarang.

Ia menekankan bahwa kepemimpinan yang ia jalani bukan semata-mata peran administratif, tetapi juga perutusan iman yang mengajak berjalan bersama seluruh warga, tanpa memandang latar belakang agama atau keyakinan.

“Bagi saya, kota ini adalah ladang Tuhan, medan ziarah, tempat perutusan bagi saya untuk berjalan bersama masyarakat. Seluruh masyarakat, tidak peduli Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, Muslim, atau penganut kepercayaan lainnya,” katanya.

Agustina juga menyampaikan pandangannya tentang kepemimpinan yang berlandaskan kasih, keadilan sosial, dan semangat berbagi.

Ia menyinggung pentingnya menghadirkan pelayanan publik yang adil, terutama dalam sektor pendidikan dan kesejahteraan, agar dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.

Dalam nuansa budaya Jawa yang kental, Agustina mengutip falsafah hidup tradisional sebagai refleksi spiritual.

“Dalam budaya Jawa, kita mengenal urip mung sak dermo mampir ngombe—hidup bagaikan hanya singgah sejenak untuk minum. Tapi ‘mampir ngombe’ bukan sekadar transit pasif, melainkan kesempatan untuk menyegarkan diri agar mampu melanjutkan ziarah menuju kekekalan,” ucapnya penuh makna.

Ia pun berharap agar Keuskupan Agung Semarang dapat terus menjadi gereja yang terbuka dan membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat luas.

Menurutnya, gereja tidak hanya melayani umat Katolik, tetapi juga menjadi motor penggerak nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial di tengah masyarakat.

“Marilah kita semua berdoa dan berharap, semoga Keuskupan Agung Semarang terus menjadi gereja yang terbuka dan inklusif, tidak hanya bagi umat Katolik tetapi bagi seluruh bangsa. Semoga Keuskupan Agung Semarang menjadi pelopor dalam membangun pertobatan ekologi serta menjadi penyuara dan pengingat hati nurani bagi kehidupan berbangsa,” pungkasnya. (ns)