Flores Punya Energi Masa Depan: Mahasiswa NTT Suarakan Kedaulatan Energi Geotermal

by -1495 Views

Yogyakarta, TERBITINDO.COM -Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur bukan hanya kaya akan budaya dan keindahan alam, tapi juga menyimpan harta karun tersembunyi: panas bumi.

Dalam semangat membangun masa depan yang berdaulat secara energi dan berkeadilan lingkungan, mahasiswa NTT di Yogyakarta menggelar diskusi yang menjadi panggung penting bagi isu panas bumi sebagai pilar transisi energi nasional.

Potensi besar energi terbarukan di Nusa Tenggara Timur, terutama panas bumi di Pulau Flores, kembali menyita perhatian publik nasional.

Wacana ini menguat dalam sebuah seminar yang digelar di ILC Jogja oleh Gerakan Aliansi Mahasiswa NTT Yogyakarta dengan tema “Energi Panas Bumi untuk NTT: Peluang dan Kendala.”

Acara ini menghadirkan kolaborasi pemikiran antara akademisi, pengamat kebijakan, praktisi energi, dan perwakilan PLN—sebuah langkah konkret yang menandai keseriusan anak muda NTT untuk mengambil peran strategis dalam peta energi nasional.

Ketua panitia seminar, Roni Dakuya, membuka acara dengan pernyataan yang penuh makna: bahwa tanah Flores yang panas secara geologis bukan sekadar fenomena alam, tapi cermin dari potensi energi yang belum sepenuhnya digarap.

“Kita di Flores punya emas di perut bumi. Tapi jangan sampai ini hanya jadi rebutan korporasi. Harus dikelola dengan berpihak pada masyarakat adat dan keberlanjutan lingkungan,” ujar Roni, Minggu, (15/06/2025).

Roni menegaskan bahwa isu energi bukan hanya soal profit dan teknologi, tetapi tentang kedaulatan dan keadilan.

Ia menyoroti dominasi perusahaan besar dan kekuatan asing dalam industri energi global, dan memperingatkan agar masyarakat lokal tidak hanya jadi penonton dalam tanah mereka sendiri.

“Energi bukan sekadar bisnis. Ini soal kedaulatan dan partisipasi. Jangan biarkan kita hanya jadi penonton di rumah sendiri,” tambahnya.

Energi dan Diplomasi

Diskusi kemudian bergulir ke ranah yang lebih luas, menyentuh aspek geopolitik dan diplomasi energi. Para pembicara sepakat bahwa potensi panas bumi di NTT bisa menjadi model baru kerja sama internasional yang tidak didikte oleh kepentingan modal asing, melainkan didasarkan pada kearifan lokal dan kebutuhan masyarakat setempat.

Sementara Prof. Agung Harijoko, Guru Besar Geologi dari Universitas Gadjah Mada, menegaskan bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, namun pemanfaatannya masih sangat terbatas.

Dalam konteks ini, Flores—yang berada di wilayah Cincin Api Pasifik—menyimpan potensi panas bumi yang signifikan.

“Flores dan kawasan lain di NTT adalah bagian dari cincin api dunia, yang menyimpan cadangan panas bumi besar. Tapi kita masih terkendala kebijakan, investasi, dan SDM,” jelas Prof. Agung.

Ia menambahkan bahwa energi geotermal bukan hanya untuk kebutuhan listrik, tetapi juga memiliki fungsi multifungsi seperti pemanasan rumah kaca, spa, dan pengolahan hasil pertanian, yang bisa mendukung ekonomi lokal secara langsung.

Geotermal sebagai Masa Depan Energi NTT

Perwakilan dari PLN, Davianus H. Edy, juga turut angkat bicara. Ia menyampaikan bahwa PLN sudah memulai beberapa proyek panas bumi di wilayah NTT dan berkomitmen penuh terhadap prinsip keberlanjutan dan keterlibatan masyarakat.

Menurut Edy, energi panas bumi memiliki keunggulan karena sifatnya yang stabil dan tidak tergantung pada kondisi cuaca, berbeda dengan energi surya atau angin.

“Kami sadar pentingnya lingkungan. Semua proyek sudah melewati kajian AMDAL dan melibatkan masyarakat sejak awal,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa PLN berupaya keras untuk menghindari praktik penggusuran atau perampasan lahan masyarakat.

“Energi ini untuk masyarakat, bukan sebaliknya,” katanya, mempertegas komitmen PLN pada prinsip inklusif dan keadilan sosial.

Dari Wacana ke Aksi

Seminar ini tidak sekadar menjadi forum akademis, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan pemantik aksi nyata bagi mahasiswa, pemuda, dan masyarakat sipil NTT.

Diskusi mengenai panas bumi bukan hanya berbicara soal potensi teknis, tapi juga menyentuh persoalan struktural seperti keadilan sosial, hak masyarakat adat, dan kemandirian daerah dalam mengelola sumber daya.

Gerakan Mahasiswa NTT Yogyakarta menyatakan harapan besar bahwa hasil dari seminar ini bisa menjadi bahan pertimbangan strategis bagi pemerintah daerah, DPRD, dan pemangku kebijakan di NTT.

Dengan pengelolaan yang bijak dan berpihak pada rakyat, panas bumi Flores bisa menjadi pilar utama dalam mewujudkan swasembada energi yang adil dan berkelanjutan.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.