Kementerian Kebudayaan Dorong Penelitian dan Pemugaran Situs Gunung Padang

by -1728 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM – Harapan membuka tabir sejarah prasejarah Nusantara kembali menguat. Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menegaskan bahwa pemugaran situs megalitik Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, akan mulai dilaksanakan pada 2025.

Selain pemugaran, penelitian mendalam pun disiapkan untuk menjaga kelestarian warisan leluhur yang telah memikat perhatian dunia, sekaligus mengungkap misteri yang tersimpan di baliknya.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam keterangannya di Bandung, Selasa lalu, menyebut bahwa tahun ini menjadi momentum penting bagi Gunung Padang. Tidak hanya direstorasi secara bertahap, penelitian ilmiah juga akan terus berlanjut sebagai dasar pelestarian situs.

“Tahun ini kita lanjutkan studi dan mulai pemugaran bertahap. Kita harap prosesnya berjalan lancar,” ujar Fadli optimistis.

Berbekal studi pendahuluan yang telah dilakukan sejak puluhan tahun lalu, langkah penelitian lanjutan pun memiliki pijakan ilmiah yang solid.

“Kita tidak memulai dari awal. Gunung Padang adalah salah satu situs budaya paling penting di Jawa Barat,” tambahnya.

Ia menekankan, setiap tahap akan dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian untuk menjaga keaslian struktur yang telah berusia ribuan tahun. Penelitian juga akan terus menelusuri fakta-fakta baru terkait Gunung Padang, yang pertama kali tercatat oleh peneliti Belanda N.J. Krom pada 1914.

Proses riset akan melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai mitra utama, sementara aspek fisik pemugaran tetap berada di bawah tanggung jawab Kementerian Kebudayaan.

“Penelitian kita lakukan bersama BRIN, sedangkan pemugaran tetap di bawah kementerian. Semua tahap didasarkan pada hasil kajian ilmiah,” terang Fadli.

Untuk pembiayaan, pemerintah membuka opsi kemitraan dengan pihak swasta melalui skema kemitraan publik-swasta agar tidak sepenuhnya bergantung pada APBN.

Tim Ahli Siap Turun Lapangan

Dalam proyek ini, Kementerian Kebudayaan menurunkan sepuluh ahli lintas bidang serta seratus peneliti lokal. Arkeolog senior Ali Akbar dipercaya kembali memimpin upaya pemugaran Gunung Padang.

“Semua peneliti lokal, tidak ada peneliti asing yang terlibat,” tegas Ali pada Minggu, 27 Juli 2025.

Tahap awal penelitian akan memfokuskan kajian pada pilar-pilar batu tegak yang tampak di permukaan. Pilar tersebut diduga menjadi bagian dari struktur bangunan yang masih terkubur di bawah tanah.

“Batu-batu ini disusun dengan teknik columnar joints yang langka. Kami akan teliti lebih jauh fungsi pilar-pilar tegak ini,” jelas Ali.

Tahap awal pemugaran diperkirakan berlangsung selama tiga bulan, dengan luas area kerja ditentukan berdasarkan hasil kajian mendalam mengenai lapisan budaya di bawah permukaan.

Penelitian terdahulu menunjukkan Gunung Padang bukan sekadar tumpukan batu, tetapi memiliki struktur berlapis hasil pembangunan bertahap sejak ribuan tahun silam.

Ali menyebut, struktur di permukaan diperkirakan berasal dari sekitar 500 Masehi, sedangkan di kedalaman empat meter ditemukan bangunan berusia 500 SM. Bahkan lebih dalam lagi, diperkirakan terdapat struktur berumur hingga 5.200 SM.

“Masih banyak yang belum terungkap, termasuk dugaan ruangan tersembunyi dan jejak peradaban yang membangunnya. Kami berharap tahap pemugaran ini membantu menjawabnya,” tambahnya.

Kontroversi Klaim Usia Situs

Gunung Padang pernah menjadi sorotan dunia pada Oktober 2023, ketika tim peneliti yang dipimpin geolog Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja, mempublikasikan hasil riset di jurnal Archaeological Prospection yang mengklaim lapisan terdalam situs ini berusia 27.000 tahun, lebih tua dari piramida Mesir.

Namun, klaim tersebut menuai kritik tajam. Makalahnya ditarik karena penentuan usia dinilai tidak didukung bukti artefak atau struktur buatan yang valid.

“Belum ada bukti kuat bahwa lapisan bawah Gunung Padang adalah hasil karya manusia dari Zaman Es,” kata Flint Dibble, arkeolog dari Universitas Cardiff, dikutip dari Times Higher Education.

Gunung Padang Bukan Piramida

Arkeolog Jawa Barat, Dr. Lutfi Yondri, menegaskan Gunung Padang bukanlah piramida, melainkan punden berundak, sebagaimana ditunjukkan hasil penanggalan karbon yang berkisar antara 117 SM hingga 45 SM.

Dalam bukunya Situs Gunung Padang: Kebudayaan, Manusia, dan Lingkungan, Lutfi menjelaskan struktur situs ini mencakup sumur di sekitar mata air, tangga penghubung ke teras, dan lima teras berundak yang memanjang dari utara ke selatan—ciri khas megalitikum Nusantara.

Sebagai perbandingan, Guinness World Record mencatat Piramida Djoser di Saqqara, Mesir, yang dibangun sekitar 2630 SM, sebagai piramida tertua di dunia, disusul Piramida Caral di Peru (sekitar 2700–2600 SM) dan Piramida Meidum di Mesir (sekitar 2600 SM). (enjo)